Minggu, 23 September 2012

Catatan IBU IV: Pilih HARTA ato KEBAHAGIAAN..?

Sepasang suami isteri (seperti pasangan lain di kota2 besar) meninggalkan anak2 utk di asuh pembantu sewaktu mreka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia 3 tahun. 
Sendirian si kecil ini di rumah & kerap kali di biarkan pembantunya krn sibuk bekerja di dapur. 
Bermainlah dia bersama ayun2an di atas buaian yg pernah di belikan ayahnya, atopun memetik bunga, dll di halaman rumahnya. 

Suatu hari dia melihat sebatang paku berkarat & ia-pun mencorat coret lantai tempat mobil ayahnya di parkiran, tetapi krn lantainya terbuat dari marmer maka coretan itu tdk kelihatan. Di cobanya lagi pada mobil baru ayahnya.
Ya, krn mobil itu bewarna gelap, otomatis coretannya tampak begitu jelas. 
Apalagi anak2 ini pun membuat coretan sesuai dgn kreativitasnya.

Hari itu ayah & ibunya bermotor ke tempat kerja krn ingin menghindari kemacetan.
Setelah samping kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke samping kiri mobil. 
Di buatnya gambar ibu & ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing, pemandangan, dll mengikuti imaginasinya. 
Kejadian itu berlangsung tanpa di sadari oleh mbok Narti, si pembantu rumah. 

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yg baru setahun di belinya dgn bayaran angsuran yg masih lama jatuh tempo lunasnya. Si bapak yg belum lagi masuk ke rumah ini pun terus berteriak; 
"Kerjaan siapa ini...??"
Pembantu rumah yg tersentak kaget dengan jeritan tuannya itu berlari keluar. 
Dia juga beristighfar, mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. 
Sekali lagi di ajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan: "Saya tidak tau, tuan"
"Kamu di rumah sepanjang hari kan, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi. 


Si anak yg mendengar suara ayahnya, tiba2 berlari keluar dr kamarnya.
Dgn penuh manja krn kangen, dia pun berkata: "Dita yg membuat gambar itu, yahhh.. 
cantik kan..??" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasanya. 
Si ayah yg sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dr pohon depan rumahnya.
Terus di pukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. 
Anak yg tak mengerti apa2 itu menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. 
Puas memukul telapak tangan, ayah memukul pula belakang tangan anaknya.  
Sedangkan si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui & merasa puas dgn hukuman yg di lakukan suaminya itu.
Pembantu rumah terbengong, tdk tau hrs berbuat apa...

Si ayah cukup lama memukul2 tangan kanan & kemudian ganti tangan kiri anaknya. 
Setelah si ayah masuk ke rumah di ikuti si ibu, pembantu rumah tsb menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. 
Dia terperanjat melihat telapak tangan & belakang tangan is anak kecil luka2 & berdarah. 
Pembantu rumah memandikan anak kecil itu, sambil menyiramnya dgn air hangat..
Dia ikut menangis, anak kecil itu jg menjerit2 menahan perih saat luka2nya itu terkena air..
Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu, sedangkan si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah tsb.

Keesokkan harinya, kedua tangan si anak bengkak, pembantu rumah mengadu ke majikannya.
"Oleskan obat saja!!" jawab bapak si anak tsb. 
Pulang dari kerja, dia tdk memperhatikan anak kecil yg menghabiskan waktu di kamar pembantu.
Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. 
3 hari berlalu, si ayah tdk pernah menjenguk anaknya, sementara si ibu jg begitu.
Meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.

"Dita demam, Bu"...keluh pembantunya.
"Kasih minum panadol anak ajha ," jawab si ibu. 
Sebelum si ibu masuk kamar tidur, dia menjenguk kamar pembantunya. 
Saat di lihat anaknya Dita dlm pelukan pembantu rumah, dia menutup lg pintu kamar pembantunya.

Masuk Hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. 
"Sore nanti Kita bawa ke klinik klo bgitu, pukul 5.00 sore harus sudah siap" kata majikannya itu..
"Iya, tuan.." jawab pembantunya.

Sampai saatnya, si anak yg sudah lemah tsb di bawa ke klinik terdekat. 
Dokter mengarahkan agar ia di bawa ke rumah sakit krn keadaannya emang sudah serius bgd. 
Setelah beberapa hari di rawat inap, dokter memanggil bapak & ibu anak itu. 

"Tidak ada pilihan.." kata dokter tsb yg mengusulkan agar kedua tangan anak itu di potong krn sakitnya sudah terlalu parah & infeksi akut.
"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus di potong dr siku ke bawah" kata dokter itu. Bapak & ibu itu bagaikan terkena petir halilintar mendengar kata2 itu.
Terasa dunia berhenti berputar, tapi mau gimana lagi; takdir sudah menjadi kejadian.

Si ibu meraung merangkul suaminya..
Dgn berat hati & lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yg di suntikkan habis, si anak menangis kesakitan.
Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih.
Di tatapnya muka ayah & ibunya, kemudian ke wajah mbok narti, pembantu rumahnya yg setia mengikutinya.

Dita, balita kecil itu mengerutkan dahi melihat mereka smw menangis.
Dlm siksaan menahan sakit, ia bersuara dlm linangan air mata.
"Ayah, Ibu...Dita tdk akan melakukannya lagi.... 
Dita tak mau lagi ayah pukul, Dita tdk akan jahat lagi...
Dita sayang ayah, sayang ibu" katanya berulang kali membuat si ibu gagal menahan rasa sedihnya. 
"Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya sambil memandang wajah pilu pembantu rumah.
 
Akan tetapi setelah detik2 singkat itu, Dita pun akhirnya tau...
"Ayah, kembalikan tangan Dita. Untuk apa di ambil.
Dita janji tdk akan mengulanginya lagi, bagaimana caranya Dita mau makan nanti?
Bagaimana Dita mau bermain nanti, Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, ku mohon ayah, " katanya meraung2. 

Serasa hancur di lindas truk hati si ibu mendengar kata2 anak satu2nya itu .
Meraung2 dia sekuat hati, namun takdir yg sudah terjadi tdk ada manusia yg dpt menahannya.
Nasi sudah jadi bubur, pd akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan.
Dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya te2p harus di potong meski sudah minta maaf ribuan kali. 

Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan & kehancuran bathin krn ulahnya sendiri sampai suatu saat Sang ayah ini tak kuat lagi menahan kepedihannya & wafat di iringi tangis penyesalannya yg tak bertepi.
Namun, Ibu & si Anak dgn segala keterbatasan & kekurangannya tsb tetap hidup tegar, bahkan saling menyayangi & merindukan...

KESIMPULAN

Jgn pernah menggelapkan  mata dgn harta..
Percayalah, semuanya hanyalah sebuah titipan..
Hanya sebuah  kasih syg, yg tak ternilai harganya..
Maka syukurilah apa yang di amanatkan oleh Tuhan...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar